Resensi Buku, Inner Beauty Sebagai Produk Ibadah Kepada Allah SWT
Karya : Durrah Baraja
Sebuah buku yang unik. Mengangkat tema yang sederhana tapi dengan pembahasan yang mendalam dan dengan pendekatan yang tidak seperti biasa. Sederhana, karena tema yang diangkat adalah tema keseharian yaitu kecantikan. Tetapi tentunya perlu proses yang sedikit rumit untuk mengetengahkan tema ini dengan pendekatan ‘nalar akal’ dan ‘nalar wahyu’ sekaligus.
Selain mengajak kita untuk berpikir secara logis buku ini juga mengajak kita ‘berpikir’ dengan menggunakan nalar wahyu (Al-qur’an dan sunah). Maka tidak heran kalau banyak cuplikan ayat-ayat al-qur’an dan sketsa-sketsa kehidupan yang diambil dari syiroh, bahkan ini lebih mendominasi.
Metode ini mengandung kelebihan sekaligus menyimpan potensi kekurangan. Kelebihannya akan terjadi keseimbangan dalam cara pandang, lebih komprehensif. Tapi ini juga berarti kekurang fokusan paradigma.
Dua hal tersebut saya dapati dalam buku ini. Perpaduan antara logika ilmiah dan logika Al-quran terasa kurang komprehensif. Lebih didominasi oleh pendekatan wahyu. Sementara pendekatan wahyu atau Al-Quran dan Sunnah yang digunakan tersebut juga terasa kurang begitu tajam. Ayat-ayat Al-Quran yang digunakan baru sebatas dalil pendukung, belum menjadi sebuah alur logika yang tertaut dari awal sampai akhir.
Namun ini tidaklah mengurangi kualitas isi dari buku. Karena kekuatan isi buku ini salah satunya terletak pada gaya penuturan yang mengalir. Gaya ini mampu membawa pembaca memahami isi dengan bahasa yang sederhana sehingga menjadi lebih mudah dipahami.
Ini berikutnya. Gaya penuturan yang mengalir memang melenakan dan mampu membawa pembaca lebih menikmati isi. Tapi perlu dicermati pula bahwa gaya ini juga bisa melenakan penulis. Memungkinkan penulis terbiaskan dari fokus tema awal. Kadang pembicaraan terasa meloncat-loncat, atau karena saya yang kurang bisa memahami dengan yang dimaksudkan.
Dengan gaya ini pula pemilihan kata dan kecermatan ejaan harus diperhatikan secara lebih ekstra.
Mengenai pemilihan judul. Judul Inner Beauty, Sebagai Produk Ibadah Kepada Allah SWT, terdiri dari dua klausa. Inner Beauty klausa pertama yang merupakan kata benda dan Sebagai Produk Ibadah Kepada Allah klausa kedua yang merupakan kata kerja.
Entah bagaimana penjelasannya. Tapi judul ini terasa kurang harmoni antara klausa pertama dan klausa kedua. Coba diganti misalnya dengan Mempercantik Inner Beauty Merupakan Bentuk Ibadah Kepada Allah SWT. Atau dengan kalimat yang lebih simpel, Inner Beauty Sebagai Produk Ibadah, bisa juga Mempercantik Inner Beauty Merupakan Ibadah. Wallahu a’lam karena pemilihan judul ini hanyalah masalah selera yang setiap orang pastilah berbeda.
Inner beauty, adalah istilah yang sering dimunculkan untuk menggambarkan kecantikan akhlak, keanggunan tingkah laku, kecantikan dari dalam, atau saya lebih suka menyebutnya dengan kecantikan jiwa. Namun dalam buku ini Inner beauty mempunyai pengertian yang lebih dari itu. Penulis mencoba mendasarkan dan mensandarkan penjelajahan rasionalitas dengan nilai-nilai ilahiah. Atau seperti yang telah saya uraikan di depan mencoba mempertemukan antara nalar akal dengan nalar wahyu.
Di sini inner beauty tidak sekedar kecantikan jiwa, tapi juga kecantikan keimanan yang berdampak pada kecantikan jiwa. Inner beauty adalah perpaduan antara fitrah jiwa manusia yang mempunyai kecenderungan pada kecantikan dengan dorongan keimanan atau dorongan keyakinan terhadap ajaran Islam.
Namun konsep ini sepertinya kurang tercakup dalam klausa inner beauty. Klausa inner beauty sendiri masih multi tafsir. Khawatirnya inner beauty lebih terkesan sekedar kecantikan akhlak tanpa dilandasi spirit keimanan. Jangan sampai dengan menggunakan klausa inner beauty malah terjebak dengan pengertian sekuler seperti itu.
Berikutnya adalah telaah kritis mengenai hal-hal teknis. Buku ini diawali dengan beberapa kisah tentang seseorang yang memiliki inner beauty. Sebenrnya ini sudah tepat. Dengan mengajak pembaca untuk mulai memahami ruang lingklup pembicaraan tentang inner beauty.
Tapi ini masih kurang. Pada bagian awal belum cukup untuk membuat pembaca memahami tentang substansi yang akan dibicarakan pada buku ini. Pengertian Inner Beauty baru didapati pada BAB III halaman 115. Meskipun, kekurangan ini sedikit tertutupi dengan beberapa pengantar yang ditulis oleh tokoh yang diletakkan di halaman awal.
Pengantar ini mampu sedikit mengkondisikan pembaca tentang Inner Beauty
Kemudian ada beberapa halaman yang kosong tidak termanfaatkan. Misal halaman 292, yang sebenarnya ruang kosong itu tidak dibutuhkan.
Selanjutnya tentang pemilihan kata. Seperti pernah saya singgung bahwa gaya mengalir akan dapat melenakan penulis. Seperti halaman 45 paragraf pertama. Di sana digunakan kata ganti orang pertama tunggal dengan penyebutan yang berbeda, ada “aku” dan “saya”. Tentu ini menambah ketidak nyamanan pembaca.
Terlepas dari itu semua yang jelas buku ini luar biasa. Banyak data dan informasi baru yang saya dapatkan dari buku ini.
Pemimpin Muda
Label: manajemen citra
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar